Segala puji bagi Allah yang telah
menjadikan pada peristiwa-peristiwa alam sebab-sebabnya. Dan terkadang Dia
hilangkan sebab-sebab ini supaya tidak dijadikan oleh manusia sebagai
sesembahan. Dia kaitkan sebab-sebab ini dan berbagai peristiwa dengan
taqdir-Nya yang berlaku. Sehingga tidak ada sedikitpun yang lenyap secara
sia-sia.
Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada nabi pembawa rahmat bagi alam semesta agar mereka menjadikan Allah sebagai
satu-satunya Tuhan yang mereka cintai.
Sesungguhnya Allah
menciptakan alam ini dari sebelumnya tidak ada. Dialah pengatur apa yang ada
didalamnya sesuai dengan kehendak dan kebijaksaqnaan-Nya. Dialah yang
menertibkan keberadaan seluruh makhluk, sebagiannya diatas yang lain, lalu
menjadikan sebagian untuk yang lain sebagai sebabnya. Sungguh orang-orang
musyrikin dahulu telah mengakui bagi Allah penciptaan, pengaturan dan
pengurusan secara sempurna pada alam ini. dan mereka tidak meyakini bahwa
sesembahan-sesembahan itu memiliki peran dalam pengaturan alam semesta, atau
mampu memberi manfaat atau madharat. Bahkan mereka meyakini jika semua itu
hanya milik Allah semata. Sebagaimana Allah subhaanahu wa ta’aala
berfirman: “..Dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya
kepada-Nyalah kamu minta pertolongan” (An Nahl : 53) Allah subhaanahu wa
ta’aala berfiirman : “Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka:
“Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab:
“Allah” (Luqman : 25).
Oleh karena ini Allah
memerintahkan kepada Nabi-Nya r untuk menegaskan kepada mereka dalam
firman-Nya: “Katakanlah: “Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu
seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah
berhala-berhala itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah
hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?
Katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku”. Kepada-Nyalah bertawaqal orang-orang yang
berserah diri” (Az Zumar : 38)
Tatkala
Nabi bertanya kepada mereka, mereka diam karena mereka tidak meyakini akan hal
itu ada pada sesembahan mereka. Akan tetapi sebagian kaum muslimin –semoga
Allah menunjuki mereka- telah digelincirkan oleh syaitan. Mereka menggantungkan
masa depan mereka dan menyerahkan urusan mereka kepada selembar kain, tali atau
sandal. Mereka menyangka barang-barang tersebut bisa mendatangkan manfaat atau
menolak madharat!! Lantas dimana pelaksanaan mereka terhadap akhir ayat tadi?
Dimana gerangan keyakinan bahwa Allah sajalah cukup bagimu dan bukannya tali,
kain dan sepatu?! Dimana gerangan sikap tawakal kepada Allah, bukannya kepada
barang-barang sepele ini?! Tidakkah anda tahu wahai saudaraku bahwa Allah akan
mencukupi siapa saja yang bertawakal kepada-Nya dan akan menjaganya dari segala
keburukan?! “Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya” (Ath Thalaq: 3).
Maka
masih adakah sesuatu, setelah Allah mencukupi untukmu?! Masihkah anda
membutuhkan sesuatu selain-Nya? Mungkinkah seutas tali, atau sebuah sandal,
kain atau kulit bisa mencukupi orang yang memilikinya ataupun juga membelanya? Subhanallah
(Maha Suci Allah)! “Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka
persekutukan dengan Dia?” (An Naml : 59) Bahkan bisakah barang-barang
sepele ini membela dirinya sendiri sedikitpun? Apa yang terjadi seandainya anda
dengan sengaja merobeknya atau membakarnya……apakah ia akan membela dirinya?
Maka bagaimana dia akan memberikan pembelaan kepadamu wahai manusia?! “Dan
janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula)
memberi madharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu perbuat (yang demikian
itu), maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim. Jika
Allah menimpakkan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat
menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu,
maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada
siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang” (Yunus: 106-107) Wahai yang telah Allah
memuliakanmu dengan akal dan memuliakanmu dengan risalah, marilah sedikit
berfikir: Apa perbedaan antara barang-barang tersebut dengan barang-barang yang
lain?! Mungkin anda mengatakan: Sesungguhnya saya sekedar mengikat barang
tersebut lalu meniupnya! Saya katakan: “Kenapa anda tidak cukup dengan ajaran
yang disyariatkan dalam Kitab dan Sunnah merasa cukup dengan hal itu saja?!! Dan anda berpegang
teguh dengan apa yang ditempuh oleh Nabi r
serta para sahabatnya yang mulia –semoga Allah meridhoi mereka- Pada yang
demikian itulah terdapat segala kebaikan.
Saya khawatir anda akan berkata: “saya telah pergi ke tukang
sihir dan dia memberikan ikatan itu kepada saya? Hal tersebut demi Pemilik ka’bah adalah merupakan kiamat kubroa!!
Sesungguhnya siapa yang mendatangi peramal atau dukun maka sholatnya tidak akan
diterima selama 40 hari. Adapun siapa yang mempercayai apa yang dikatakan dukun
maka dia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad r. Kami berlindung kepada Allah dari
kesesatan setelah mendapat petunjuk.
Sesungguhnya cara
berinteraksi dengan makhluk-makhluk disekitar anda telah jelas dalam ajaran
Allah subhaanahu wa ta’aala. Bahwasanya nabi r apabila memakai sesuatu yang baru,
beliau membaca tahmid (memuji Allah) atas rizki ini dan memohon kepada Allah
kebaikannya dan kebaikan yang dihasilkan
darinya serta memohon perlindungan
kepada Allah dari keburukan dan kejahatan yang ditimbulkan olehnya. Maka tidak
akan datang kepada anda setelah doa ini –dengan izin Allah- dari rizki baru tersebut melainkan kebaikan.
Dimanakah anda wahai saudaraku dari
dzikir-dzikir pagi dan sore?! Itulah pertahanan sebenarnya dan benteng kuat
dengan izin Allah?! Dimanakah anda wahai
saudaraku dari bala tentara yang berjajar dari para malaikat mulia yang Allah
tundukkan untuk menjagamu?! “bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah” (Ar Ra’d: 11).
Setiap kali anda menjaga syiar-syiar
Islam, maka setiap itu pula penjagaan kepada anda akan menjadi lebih besar.
Sesungguhnya ketika anda
menunaikan shalat fajar (subuh) secara berjamaah maka anda berada dalam
jaminan, perlindungan dan asuhan Allah hingga sore hari. Maka masihkah anda
butuh seseorang setelah Allah?! Sesungguhnya ketika anda keluar dari rumah
seraya berdoa: “Dengan menyebut nama Allah, saya bertawakal kepada Allah, tidak
ada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah. Ya Allah aku berlindung
kepada-Mu dari sesat atau disesatkan, tergelincir atau digelincirkan, berbuat
zalim atau dizalimi, berbuat bodoh atau dibodohi. Maka dikatakan kepada anda:
“kamu telah dicukupi, diberi petunjuk, dijaga dan setan akan menyingkir dan menjauh
darimu seraya berkata kepada teman-temannya: “bagaimana halnya kalian terhadap
seseorang yang telah dicukupi, diberi petunjuk dan dijaga?” Apa lagi yang anda
minta setelah itu wahai saudaraku?! Akankah anda hendak tinggalkan semua
ini….lalu mencari perlindungan kepada sandal, kain, tali atau semisalnya?! Yang
sudah pasti barang itu tidak menambah anda melainkan kehinaan. Dengarkanlah
peristiwa ini: “Nabi r pernah melihat seorang laki-laki di
tangannya terdapat gelang dari kuningan, maka beliau bertanya: “Apa ini?”
orang itu berkata: “karena ada sakit di tangan (wahinah)” lantas beliau r bersabda : “Lepaslah gelang itu,
karena ia tidak menambahmu melainkan kelemahan. Seandainya kamu mati sedang
gelang itu ada pada dirimu maka anda tidak akan beruntung selamanya”
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Imron bin Hushain t. Naz’ (melepas) adalah menarik dengan kuat. Sedang
wahinah adalah urat yang diambil dari pundak atau tangan semuanya.
Orang ini mengkhawatirkan
dirinya dari penyakit ini maka dia letakkan pertahanan semu tersebut. Lalu nabi
r terangkan kepadanya bahwa gelang itu
tidak bisa memberinya manfaat sedikitpun dalam menyembuhkan, bahkan malah akan menambah
penyakitnya.
Tidakkah anda ketahui
bahwa anda merugi berlipat ganda dari apa yang anda lari darinya ketika anda
meletakkan pertahanan semu ini? Cukuplah anda jatuh pada kandungan do'a Rasul r dalam sabdanya: “Barangsiapa
menggantungkan tamimah (jimat) maka semoga Allah tidak akan menyempurnakannya.
Dan barangsiapa yang menggantungkan jimat dari barang lautan maka semoga Allah
tidak membiarkannya selamat.”Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari ‘Uqbah bin
‘Amir t.. Doa dari Rasul r ini mereka ingat sepanjang masa. Maka
barangsiapa menggantungkan jimat, semoga Allah tidak akan menyempurnakan
urusannya. Lantas, apa manfaat dari jimat
ini?! Dan barangsiapa menggantungkan jimat dari jampi semoga Allah tidak
akan membiarkannya selamat, hal ini merupakan akibat dari doa untuk kecelakaan
atas orang tersebut dan ia akan selalu merasa gelisah dan takut, gundah dan resah
serta lepas dari ketentraman dan ketenangan secarterus menerus takut dari
sesuatu yang dia minta terhindar darinya….yaitu ketika dia mengalungkan pertahanan semu tersebut. Amat celakalah mereka …
Sesungguhnya orang yang menggantungkan jimat-jimat ini
telah memutuskan dari dirinya pintu penjagaan dan perlindungan Allah. Duhai
alangkah amat besar kerugiannya ketika dia beralih dari penjagaan Allah kepada
penjagaan sehelai kain, tali atau sandal? hanya karena hendak mencari sesuatu
yang rendah sebagai ganti dari yang lebih baik!! Nabi r bersabda: “Barangsiapa
menggantungkan sesuatu maka ia dipasrahkan kepadanya” Diriwayatkan Imam
Ahmad dan Turmudzi. Ini belum termasuk kecelakaan besar yang menjerumuskan
pada kesyirikan –na’udzubillah- dalam suatu riwayat: “Barangsiapa
mengalungkan jimat maka ia telah berbuat syirik” Hudzaifah t. pernah melihat
seorang laki-laki pada tangannya terdapat seutas tali karena sakit demam lalu
Hudzaifah memutusnya seraya membaca: “Dan sebagian besar dari mereka tidak
beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan
sesembahan-sesembahan lain)” (Yusuf: 106) Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim.
Hudzaifah t. mengancam
orang tersebut dengan berkata:
“Seandainya kamu mati sedang barang itu ada pada dirimu, maka aku tidak mau
mensholatkanmu” Ini termasuk dari corak syirik besar, dimana jika orangnya
meyakini bahwa barang semu inilah yang mendatangkan manfaat ataupun bahaya,
atau menolak musibah sebelum terjadi, atau menghilangkan musibah yang sudah
terjadi, maka itu merupakan kesyirikan dalam Tauhid Rububiyah!! Dimana jika
ia meyakini adanya sekutu bersama Allah dalam hal mencipta dan mengatur.
Sekaligus merupakan syirik dalam ibadah dimana ia beribadah kepada barang
tersebut. Hatinya bergantung kepadanya dengan menginginkan kebaikan dan
mengharapkan manfaat darinya. Adapun jika orang tersebut meyakini bahwa Allah
sajalah yang maha memiliki dan mengatur, memberi manfaat dan madhorot, menolak
dan mengangkat (bala’) sedang barang-barang ini sekedar sebab (sarana). Maka
inipun merupakan syirik kecil. Hanya saja ia tetap lebih besar dari dosa-dosa
besar (kabair). Ia lebih besar dan lebih buruk dosanya daripada minum khomer,
zina dan membunuh!! Semua ini bukan termasuk sebab (sarana) yang disyariatkan.
Bahkan sekalipun sebab-sebab lumrah yang biasanya memang terbukti bermanfaat
bagi manusia dengan cara percobaan seperti obat-obatan misalnya, maka ia tidak lagi masuk kedalam kategori penyebab selama
diyakini demikian, melainkan hanyalah permainan setan terhadap akal dan agama
pelakunya.
Cukuplah
dalam perkara ini sikap Rasul r
berlepas diri dari orang-orang yang mengikatkan tali sebagai jimat atau
pertahanan semu semisalnya, sebagaimana terdapat dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Ahmad dari Ruwaifi’ bin Tsabit t. Lantas
apa lagi yang masih anda harapkan setelah itu?!! Amat celakalah jimat-jimat
itu. Rasul r
telah melarang dengan tegas dan bahkan
beliau mengirim utusan kepada manusia untuk menyuruh memotong tali jimat dari
unta-unta, dimana saat itu merupakan alat transportasi dengan mengatakan: “Tidak
ada yang boleh tinggal pada leher unta satu ikat jimat atau ikatan tali kecuali
harus dipotong” (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim). Oleh karenanya kita
wajib untuk mengingkari kesyirikan semacam ini, menasehati orang-orang yang
jatuh ke dalamnya, dan memotong jimat-jimat syirik serta pertahanan-pertahanan
semu pada kendaraan-kendaraan transportasi, taksi dan semisalnya.
Sesungguhnya
bergantungnya hati kepada selain Allah dalam mencari manfaat atau menolak
madharat sungguh merupakan suatu musibah paling buruk yang menimpa seseorang.
Karena bergantung itu terjadi dengan hati atau dengan perbuatan ataupun juga dengan keduanya sekaligus. Dan
ini merupakan sesuatu yang paling berbahaya. Tidak diragukan lagi jika semua itu berbahaya. Bahkan sekalipun
terjadi pada sebab-sebab yang memang Allah jadikan sebagai sebab padanya, tidak
dibenarkan jika hamba bersandar kepadanya semata. Akan tetapi yang dibenarkan
adalah bersandar kepada Yang menjadikan sebab itu dan yang menakdirkannya.
Disertai dengan melakukan sebab tersebut
sesuai dengan apa yang disyariatkan
seraya mencari manfaatnya. Sedang sebab-sebab itu betapapun besar dan kuatnya,
tetap terikat dengan qodho’ dan qodar Allah. Tidak pernah keluar sehelai
rambutpun darinya.! Ataupun yang lebih kecil dari itu! Lantas kenapa kita tidak
meminta dihindarkan dari bala’ atau dihilangkan kepapaan, diringankan dan
dilembutkan dari qodho kepada Yang memilikinya?! Barangsiapa jiwanya bergantung
kepada Allah dan menunaikan hajatnya dengan pertolongan Allah maka Allah akan
mencukupinya dengan segala kebutuhan, memudahkannya dari setiap kesulitan dan
mendekatkannya dari setiap yang jauh. Amat kasihan orang yang jiwanya
bergantung kepada selain Allah, karena Allah akan menelantarkannya dan
menyerahkannya kepada makhluk yang lemah, hina lagi tak berdaya ….yang jiwanya
bergantung kepada-Nya.
Barangsiapa menyelamatkan
seorang hamba dari kebinasaan syirik ini maka ia mendapatkan pahala besar. Dan
barangsiapa melakukannya, sekalipun sekedar menghilangkan fenomena kemungkaran
ini, maka baginya ganjaran yang melimpah. Saya berharap orang tersebut
ditetapkan baginya apa yang disebutkan oleh Said bin jabir –semoga Allah
merahmatinya-: “Barangsiapa memutus jimat dari seseorang, maka ia sebanding
dengan seorang budak” Artinya seakan-akan ia memerdekakan seorang budak belian.
Saya
tutup dengan firman Allah subhaanahu wa ta’aala “Katakanlah: Hai
manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran (Al Qur’an) dari Robbmu,
sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu)
untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya
kesesatan itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan Aku bukanlah seorang penjaga
terhadapmu” (Yunus : 108)
Segala puji hanya bagi
Allah, pemilik alam semesta.
Semoga
Allah melimpahkan sholawat, salam serta berkah-Nya kepada Nabi yang terpercaya.