AHLAN WA SAHLAN SELAMAT DATANG DI WEBSITE WAHDAH ISLAMIYAH LUWU GERAKAN DAKWAH BERANTAS BUTA BACA AL-QURAN

Minggu, 07 Oktober 2012

PERTAHANAN YANG SEMU


   Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan pada peristiwa-peristiwa alam sebab-sebabnya. Dan terkadang Dia hilangkan sebab-sebab ini supaya tidak dijadikan oleh manusia sebagai sesembahan. Dia kaitkan sebab-sebab ini dan berbagai peristiwa dengan taqdir-Nya yang berlaku. Sehingga tidak ada sedikitpun yang lenyap secara sia-sia.   
       Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada nabi pembawa rahmat bagi alam semesta agar mereka menjadikan Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang mereka cintai.
Sesungguhnya Allah menciptakan alam ini dari sebelumnya tidak ada. Dialah pengatur apa yang ada didalamnya sesuai dengan kehendak dan kebijaksaqnaan-Nya. Dialah yang menertibkan keberadaan seluruh makhluk, sebagiannya diatas yang lain, lalu menjadikan sebagian untuk yang lain sebagai sebabnya. Sungguh orang-orang musyrikin dahulu telah mengakui bagi Allah penciptaan, pengaturan dan pengurusan secara sempurna pada alam ini. dan mereka tidak meyakini bahwa sesembahan-sesembahan itu memiliki peran dalam pengaturan alam semesta, atau mampu memberi manfaat atau madharat. Bahkan mereka meyakini jika semua itu hanya milik Allah semata. Sebagaimana Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman: “..Dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nyalah kamu minta pertolongan” (An Nahl : 53) Allah subhaanahu wa ta’aala berfiirman : “Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah” (Luqman : 25).

Oleh karena ini Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya r untuk menegaskan kepada mereka dalam firman-Nya: “Katakanlah: “Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhala itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya? Katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku”. Kepada-Nyalah bertawaqal orang-orang yang berserah diri” (Az Zumar : 38)
Tatkala Nabi bertanya kepada mereka, mereka diam karena mereka tidak meyakini akan hal itu ada pada sesembahan mereka. Akan tetapi sebagian kaum muslimin –semoga Allah menunjuki mereka- telah digelincirkan oleh syaitan. Mereka menggantungkan masa depan mereka dan menyerahkan urusan mereka kepada selembar kain, tali atau sandal. Mereka menyangka barang-barang tersebut bisa mendatangkan manfaat atau menolak madharat!! Lantas dimana pelaksanaan mereka terhadap akhir ayat tadi? Dimana gerangan keyakinan bahwa Allah sajalah cukup bagimu dan bukannya tali, kain dan sepatu?! Dimana gerangan sikap tawakal kepada Allah, bukannya kepada barang-barang sepele ini?! Tidakkah anda tahu wahai saudaraku bahwa Allah akan mencukupi siapa saja yang bertawakal kepada-Nya dan akan menjaganya dari segala keburukan?! “Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya” (Ath Thalaq: 3).
Maka masih adakah sesuatu, setelah Allah mencukupi untukmu?! Masihkah anda membutuhkan sesuatu selain-Nya? Mungkinkah seutas tali, atau sebuah sandal, kain atau kulit bisa mencukupi orang yang memilikinya ataupun juga membelanya? Subhanallah (Maha Suci Allah)! “Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia?” (An Naml : 59) Bahkan bisakah barang-barang sepele ini membela dirinya sendiri sedikitpun? Apa yang terjadi seandainya anda dengan sengaja merobeknya atau membakarnya……apakah ia akan membela dirinya? Maka bagaimana dia akan memberikan pembelaan kepadamu wahai manusia?! “Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi madharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu perbuat (yang demikian itu), maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim. Jika Allah menimpakkan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Yunus: 106-107) Wahai yang telah Allah memuliakanmu dengan akal dan memuliakanmu dengan risalah, marilah sedikit berfikir: Apa perbedaan antara barang-barang tersebut dengan barang-barang yang lain?! Mungkin anda mengatakan: Sesungguhnya saya sekedar mengikat barang tersebut lalu meniupnya! Saya katakan: “Kenapa anda tidak cukup dengan ajaran yang disyariatkan dalam Kitab dan Sunnah  merasa cukup dengan hal itu saja?!! Dan anda berpegang teguh dengan apa yang ditempuh oleh Nabi r serta para sahabatnya yang mulia –semoga Allah meridhoi mereka- Pada yang demikian itulah terdapat segala kebaikan.
Saya khawatir anda  akan berkata: “saya telah pergi ke tukang sihir dan dia memberikan ikatan itu kepada saya? Hal  tersebut demi Pemilik  ka’bah adalah merupakan kiamat kubroa!! Sesungguhnya siapa yang mendatangi peramal atau dukun maka sholatnya tidak akan diterima selama 40 hari. Adapun siapa yang mempercayai apa yang dikatakan dukun maka dia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad r. Kami berlindung kepada Allah dari kesesatan setelah mendapat petunjuk.
Sesungguhnya cara berinteraksi dengan makhluk-makhluk disekitar anda telah jelas dalam ajaran Allah subhaanahu wa ta’aala. Bahwasanya nabi r apabila memakai sesuatu yang baru, beliau membaca tahmid (memuji Allah) atas rizki ini dan memohon kepada Allah kebaikannya dan kebaikan yang  dihasilkan darinya  serta memohon perlindungan kepada Allah dari keburukan dan kejahatan yang ditimbulkan olehnya. Maka tidak akan datang kepada anda setelah doa ini –dengan izin Allah- dari rizki baru  tersebut melainkan kebaikan.
Dimanakah anda wahai saudaraku dari dzikir-dzikir pagi dan sore?! Itulah pertahanan sebenarnya dan benteng kuat dengan izin Allah?! Dimanakah  anda wahai saudaraku dari bala tentara yang berjajar dari para malaikat mulia yang Allah tundukkan untuk menjagamu?! “bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah” (Ar Ra’d: 11).
Setiap kali anda menjaga syiar-syiar Islam, maka setiap itu pula penjagaan kepada anda akan menjadi lebih besar.
Sesungguhnya ketika anda menunaikan shalat fajar (subuh) secara berjamaah maka anda berada dalam jaminan, perlindungan dan asuhan Allah hingga sore hari. Maka masihkah anda butuh seseorang setelah Allah?! Sesungguhnya ketika anda keluar dari rumah seraya berdoa: “Dengan menyebut nama Allah, saya bertawakal kepada Allah, tidak ada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah. Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari sesat atau disesatkan, tergelincir atau digelincirkan, berbuat zalim atau dizalimi, berbuat bodoh atau dibodohi. Maka dikatakan kepada anda: “kamu telah dicukupi, diberi petunjuk, dijaga dan setan akan menyingkir dan menjauh darimu seraya berkata kepada teman-temannya: “bagaimana halnya kalian terhadap seseorang yang telah dicukupi, diberi petunjuk dan dijaga?” Apa lagi yang anda minta setelah itu wahai saudaraku?! Akankah anda hendak tinggalkan semua ini….lalu mencari perlindungan kepada sandal, kain, tali atau semisalnya?! Yang sudah pasti barang itu tidak menambah anda melainkan kehinaan. Dengarkanlah peristiwa ini: “Nabi r pernah melihat seorang laki-laki di tangannya terdapat gelang dari kuningan, maka beliau bertanya: “Apa ini?” orang itu berkata: “karena ada sakit di tangan (wahinah)” lantas beliau r bersabda : “Lepaslah gelang itu, karena ia tidak menambahmu melainkan kelemahan. Seandainya kamu mati sedang gelang itu ada pada dirimu maka anda tidak akan beruntung selamanya” Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Imron bin Hushain t. Naz’ (melepas) adalah menarik dengan kuat. Sedang wahinah adalah urat yang diambil dari pundak atau tangan semuanya.
Orang ini mengkhawatirkan dirinya dari penyakit ini maka dia letakkan pertahanan semu tersebut. Lalu nabi r terangkan kepadanya bahwa gelang itu tidak bisa memberinya manfaat sedikitpun dalam menyembuhkan, bahkan malah akan menambah  penyakitnya.
Tidakkah anda ketahui bahwa anda merugi berlipat ganda dari apa yang anda lari darinya ketika anda meletakkan pertahanan semu ini? Cukuplah anda jatuh pada kandungan do'a Rasul r dalam sabdanya: “Barangsiapa menggantungkan tamimah (jimat) maka semoga Allah tidak akan menyempurnakannya. Dan barangsiapa yang menggantungkan jimat dari barang lautan maka semoga Allah tidak membiarkannya selamat.”Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari ‘Uqbah bin ‘Amir t.. Doa dari Rasul r ini mereka ingat sepanjang masa. Maka barangsiapa menggantungkan jimat, semoga Allah tidak akan menyempurnakan urusannya. Lantas, apa manfaat dari jimat  ini?! Dan barangsiapa menggantungkan jimat dari jampi semoga Allah tidak akan membiarkannya selamat, hal ini merupakan akibat dari doa untuk kecelakaan atas orang tersebut dan ia akan selalu merasa gelisah dan takut, gundah dan resah serta lepas dari ketentraman dan ketenangan secarterus menerus takut dari sesuatu yang dia minta terhindar darinya….yaitu ketika dia mengalungkan  pertahanan semu  tersebut. Amat celakalah mereka …
Sesungguhnya orang yang menggantungkan jimat-jimat ini telah memutuskan dari dirinya pintu penjagaan dan perlindungan Allah. Duhai alangkah amat besar kerugiannya ketika dia beralih dari penjagaan Allah kepada penjagaan sehelai kain, tali atau sandal? hanya karena hendak mencari sesuatu yang rendah sebagai ganti dari yang lebih baik!! Nabi r bersabda: “Barangsiapa menggantungkan sesuatu maka ia dipasrahkan kepadanya” Diriwayatkan Imam Ahmad dan Turmudzi. Ini belum termasuk kecelakaan besar yang menjerumuskan pada kesyirikan –na’udzubillah- dalam suatu riwayat: “Barangsiapa mengalungkan jimat maka ia telah berbuat syirik” Hudzaifah t.  pernah melihat seorang laki-laki pada tangannya terdapat seutas tali karena sakit demam lalu Hudzaifah memutusnya seraya membaca: “Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sesembahan-sesembahan lain)” (Yusuf: 106) Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim. Hudzaifah t.  mengancam orang tersebut  dengan berkata: “Seandainya kamu mati sedang barang itu ada pada dirimu, maka aku tidak mau mensholatkanmu” Ini termasuk dari corak syirik besar, dimana jika orangnya meyakini bahwa barang semu inilah yang mendatangkan manfaat ataupun bahaya, atau menolak musibah sebelum terjadi, atau menghilangkan musibah yang sudah terjadi, maka itu merupakan kesyirikan dalam Tauhid Rububiyah!! Dimana jika ia meyakini adanya sekutu bersama Allah dalam hal mencipta dan mengatur. Sekaligus merupakan syirik dalam ibadah dimana ia beribadah kepada barang tersebut. Hatinya bergantung kepadanya dengan menginginkan kebaikan dan mengharapkan manfaat darinya. Adapun jika orang tersebut meyakini bahwa Allah sajalah yang maha memiliki dan mengatur, memberi manfaat dan madhorot, menolak dan mengangkat (bala’) sedang barang-barang ini sekedar sebab (sarana). Maka inipun merupakan syirik kecil. Hanya saja ia tetap lebih besar dari dosa-dosa besar (kabair). Ia lebih besar dan lebih buruk dosanya daripada minum khomer, zina dan membunuh!! Semua ini bukan termasuk sebab (sarana) yang disyariatkan. Bahkan sekalipun sebab-sebab lumrah yang biasanya memang terbukti bermanfaat bagi manusia dengan cara percobaan seperti obat-obatan misalnya, maka ia  tidak lagi  masuk kedalam kategori penyebab selama diyakini demikian, melainkan hanyalah permainan setan terhadap akal dan agama pelakunya.
Cukuplah dalam perkara ini sikap Rasul r berlepas diri dari orang-orang yang mengikatkan tali sebagai jimat atau pertahanan semu semisalnya, sebagaimana terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Ruwaifi’ bin Tsabit t. Lantas apa lagi yang masih anda harapkan setelah itu?!! Amat celakalah jimat-jimat itu. Rasul r telah melarang dengan tegas  dan bahkan beliau mengirim utusan kepada manusia untuk menyuruh memotong tali jimat dari unta-unta, dimana saat itu merupakan alat transportasi dengan mengatakan: “Tidak ada yang boleh tinggal pada leher unta satu ikat jimat atau ikatan tali kecuali harus dipotong” (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim). Oleh karenanya kita wajib untuk mengingkari kesyirikan semacam ini, menasehati orang-orang yang jatuh ke dalamnya, dan memotong jimat-jimat syirik serta pertahanan-pertahanan semu pada kendaraan-kendaraan transportasi, taksi dan semisalnya.
Sesungguhnya bergantungnya hati kepada selain Allah dalam mencari manfaat atau menolak madharat sungguh merupakan suatu musibah paling buruk yang menimpa seseorang. Karena bergantung itu terjadi dengan hati atau dengan perbuatan  ataupun juga dengan keduanya sekaligus. Dan ini merupakan sesuatu yang paling berbahaya. Tidak diragukan lagi  jika semua itu berbahaya. Bahkan sekalipun terjadi pada sebab-sebab yang memang Allah jadikan sebagai sebab padanya, tidak dibenarkan jika hamba bersandar kepadanya semata. Akan tetapi yang dibenarkan adalah bersandar kepada Yang menjadikan sebab itu dan yang menakdirkannya. Disertai dengan melakukan sebab  tersebut  sesuai dengan apa yang disyariatkan seraya mencari manfaatnya. Sedang sebab-sebab itu betapapun besar dan kuatnya, tetap terikat dengan qodho’ dan qodar Allah. Tidak pernah keluar sehelai rambutpun darinya.! Ataupun yang lebih kecil dari itu! Lantas kenapa kita tidak meminta dihindarkan dari bala’ atau dihilangkan kepapaan, diringankan dan dilembutkan dari qodho kepada Yang memilikinya?! Barangsiapa jiwanya bergantung kepada Allah dan menunaikan hajatnya dengan pertolongan Allah maka Allah akan mencukupinya dengan segala kebutuhan, memudahkannya dari setiap kesulitan dan mendekatkannya dari setiap yang jauh. Amat kasihan orang yang jiwanya bergantung kepada selain Allah, karena Allah akan menelantarkannya dan menyerahkannya kepada makhluk yang lemah, hina lagi tak berdaya ….yang jiwanya bergantung kepada-Nya.
Barangsiapa menyelamatkan seorang hamba dari kebinasaan syirik ini maka ia mendapatkan pahala besar. Dan barangsiapa melakukannya, sekalipun sekedar menghilangkan fenomena kemungkaran ini, maka baginya ganjaran yang melimpah. Saya berharap orang tersebut ditetapkan baginya apa yang disebutkan oleh Said bin jabir –semoga Allah merahmatinya-: “Barangsiapa memutus jimat dari seseorang, maka ia sebanding dengan seorang budak” Artinya seakan-akan ia memerdekakan seorang budak belian.
Saya tutup dengan firman Allah subhaanahu wa ta’aalaKatakanlah: Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran (Al Qur’an) dari Robbmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatan itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan Aku bukanlah seorang penjaga terhadapmu” (Yunus : 108)
Segala puji hanya bagi Allah, pemilik alam semesta.
Semoga Allah melimpahkan sholawat, salam serta berkah-Nya kepada Nabi yang terpercaya.